"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” ― Ki Hajar Dewantara . Selayaknya nasihat dari Ki Hajar Dewantara bahwa anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri dan guru hanya dapat merawat dan menuntunnya, perjalanan pendidikan juga seperti tumbuhnya tanaman yang merambat di batuan penuh liku-liku dan perjuangan untuk bisa mekar dan menjadi manfaat di masa yang akan datang. Tidak sendiri Ki Hajar Dewantara bersama pahlawan-pahlawan pendidikan dari Indonesia berjuang bersama untuk bangsa.
Mulai dari diri
Bagi saya guru adalah seorang inspirator. Saat saya masih duduk di bangku taman kanak-kanak hingga Sekolah Dasar ada hal yang membuat rindu dengan sekolah. Bukan hal yang mewah atau wah melainkan hal sesederhana bertemu teman baru, bernyanyi bersama, mendengarkan cerita dan nasehat guru, ilmu yang baru pertama kali saya ketahui. Saya sebut guru sebagai inspirator karena dia adalah sosok yang membuat saya menjadi seorang manusia yang "pemikirannya" tumbuh dewasa sampai saat ini. Sosok itu adalah guru SD kelas V saya, bukan karena pembelajaran mata pelajaran semata namun juga pembelajaran tentang kehidupan. Beliau adalah orang yang sederhana yang saat mengajar saya tinggal beberapa tahun lagi sebelum pensiun, dan beliau bercerita bahwa besok setelah pensiun ia ingin kembali ke kampungnya yang ada di lereng gunung dan bercocok tanam mengelola sawahnya. Walaupun cita-citanya sederhana ia berharap agar anak didiknya terus mengejar cita-citanya setinggi langit. Pembelajaran yang diberikan pun bukan cuma ceramah tapi beliau mengenalkan peer teaching yaitu konsep belajar dari teman. Peer teaching dijelaskan oleh beliau bermanfaat bagi anak yang belum paham yaitu tanpa minder/ takut karena diajari temannya mengenai kesulitan belajar. Sedangkan bagi teman yang telah paham juga bermanfaat juga yaitu dia dapat mengingat kembali materi yang dibingungkan temannya.
Elaborasi Konsep
Saya telah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara dan melihat video Pendidikan Zaman Kolonial. Saya akan mencoba mengelaborasikan konsep yang telah dipelajari dari dua media tersebut.
Setelah mencermati tulisan Ki Hadjar Dewantara dalam teks pidatonya dan melihat video Pendidikan Zaman Kolonial menurut saya ada beberapa pokok penting dari pidato beliau dan hal yang saya kritisi dari kedua sumber tersebut mengenai transformasi pendidikan Indonesia oleh Ki Hadjar Dewantara. Pokok penting berdasarkan pidato:
- Pidato sambutan Ki Hadjar Dewantara bertempat di Universitas Gajah Mada pada 7 November 1956.
- 3 pokok perjuangan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu perjuangan kemerdekaan nasional, perjuangan pendidikan, dan pejuang kebudayaan.
- Cara penilaian 4 usur (SBI) yaitu sifat, bentuk, isi dan irama
- Asas ke-Tamansiswaan “Asas Tir-con” Di dalam pertukaran budaya dengan dunia luar harus kontinuitas dengan alam kebudayaan sendiri, lalu konvergensi dengan kebudayaan-kebudayaan lain, dan akhirnya jika sudah bersatu di alam universal kita bersama mewujudkan persatuan dunia dan manusia yang konsentris. Konsentris berarti bertitik pusat satu dengan alam-alam kebudayaan sedunia, tetapi masih memiliki garis ingkar sendiri-sendiri. Inilah bentuk dan sifat “Bhineka Tunggal Ika”.
- Filsafat Islam “Syari’at tidak dengan hakikat adalah kosong”, “Hakikat tidak dengan syari’at adalah batal”.
- Pendidikan Belanda: Intelektual materialis sedangkan Pendidikan Nasional: pendidikan kultural.
Pokok penting berdasarkan video:
1854 - Beberapa bupati menginisiasi pendirian sekolah kabupaten (hanya mendidik calon pegawai).
- Sekolah Bumiputera lahir dan hanya mempunyai 3 Kelas (membaca, menulis, dan menghitung)
1908 - Organisasi Boedi Oetomo lahir (20 Mei 1908)
1912 - RA. Kartini mendirikan sekolah Wanita di Semarang.
1920 - Cita-cita baru lahir untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran.
1922 - Taman Siswa= sekolah yang didirikan KI Hadjar Dewantara di Yogyakarta pada 3 Juli 1922
Menurut saya pendididikan di Indonesia sebelum kemerdekaan masih belum memihak warlok (warga lokal) berdasarkan sumber yang saya baca dan saya tonton pendidikan sebelum kemerdakaan masih belum menggunakan bahasa Indonesia, mulai tahun 1854 masih terbatas bagi para calon pegawai yaitu di sekolah kabupaten dan di tahun yang sama mulai muncul Organisasi Boedi Oetomo tepatnya pada 20 Mei 1908. Setelah hadirnya sosok RA Kartini beliau membuat Yayasan Kartini dengan membuat sekolah Wanita di Semarang. Sehingga para perempuan di zaman itu sudah bisa mendapatkan pendidikan. Pada tahun 1922 didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara sekolah Taman Siswa di Yogyakarta. Pendidikan mulai di titk ini memasuki perubahan yang lebih baik. Terjadi perubahan yang positf setelah kemerdekaan yaitu okoh pendidik yang berjasa pada masa kolonial Belanda seperti Ki Hajar Dewantara, Moh. Syafe’i dari INS, Mr. Suwandi yang mengganti ejaan Bahasa Indonesia yang disusun sebelumnya oleh Van Phuysen. Harga minyak tanah yang melonjak naik pada masa orde baru ini berakibat pada keuangan Negara yang membengkak. Hal ini menjadi penyebab di dirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden) mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Kurikulum 1994 digunakan pada masa pemerintahan Habibie telah mengalami penyempurnaan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pendidikan pada masa pemerintahan Megawati mengalami perubahan tatanan.
Ruang Kolaborasih
Pada kegiatan ruang kolaborasi kami membentuk kelompok 5 orang yang di dalamnya mendiskusikan tentang perjalanan pendidikan nasional lalu mempresentasikanhasil diskusidi depan kelas. Untuk kelompok saya kebetulan mendapat giliran di minggu berikutya sehingga presentasi dilaksanakan secara daring menggunakan zoom.
Selengkapnya dapat dilihat di Presentasi Ruang Kolaborasi
Refleksi
1. Refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh dari dalam materi ini dan perubahan diri yang saya alami dan akan saya praktikkan di sekolah dan kelas saya yaitu saya akan mendidik siswa saya menjadi pribadi mandiri sehingga anak didik saya akan menjadi manusia Merdeka yaitu manusia yang hidupnya bersadar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung orang lain. Pendidikan di masa lalu menjadi Pelajaran untuk memberikan bentuk pendidikan yang lebih baik dengan yang berpusat pada peserta didik.
PePenulis: Valerius Riko Hernawan - Mahasiswa PPG Prajabatan Gel. 1 2023 Universitas Sanata Dharma
DDosen pengampu mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia: Brigida Intan Printina, S.Pd., M.Pd.
No comments:
Post a Comment